KBM di Pesantren
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di pesantren memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan KBM di lembaga pendidikan formal lainnya. Di pesantren, KBM tidak hanya berfokus pada penguasaan ilmu pengetahuan umum, tetapi juga menitikberatkan pada pendidikan agama Islam. Tujuan utamanya adalah membentuk karakter santri yang berakhlak mulia, berpengetahuan luas, serta siap berkontribusi kepada masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, KBM di pesantren umumnya menggunakan metode tradisional seperti sorogan, bandongan, dan halaqah. Pada metode sorogan, santri belajar secara individual dengan membaca kitab di hadapan ustadz atau kyai. Sedangkan metode bandongan melibatkan sekelompok santri yang mendengarkan penjelasan kyai atau ustadz mengenai isi kitab. Metode halaqah digunakan dalam pengajaran berbentuk diskusi kelompok yang lebih interaktif.
Salah satu karakteristik KBM pesantren adalah penggunaan kitab kuning atau kitab klasik yang ditulis dalam bahasa Arab tanpa harakat. Kitab-kitab ini berisi kajian mendalam tentang fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, hingga hadits. Selain itu, pesantren juga mengajarkan keterampilan praktis seperti bertani, berdagang, atau keterampilan lainnya yang mendukung kemandirian santri.


Di Pesantren Madinatul Musthofa kegiatan ini tidak terbatas pada waktu dan tempat. Santri belajar sepanjang hari, dari subuh hingga malam, baik di dalam kelas maupun di luar, seperti di masjid, asrama, atau bahkan di lingkungan pesantren. Proses belajar ini berkelanjutan dan sering kali dilakukan dalam suasana yang sederhana namun khusyuk, di mana adab dan etika dalam menuntut ilmu sangat dijunjung tinggi.
Dengan kombinasi antara ilmu agama, keterampilan hidup, dan bimbingan moral, di pesantren hal ini berperan penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak baik serta memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat.